Erick Thohir Ingin Fokus Mental dan Karakter Timnas Indonesia U-17

Usai Indonesia vs Argentina, Erick Thohir Akui Perlu Evaluasi Banyak Kekurangan
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. (Foto: PSSI).

Iniloh.id – Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa tidak ada beban berlebihan yang dibebankan kepada Timnas U-17 Indonesia menjelang perhelatan Piala Dunia U-17 2025 di Qatar.

Garuda Asia dipastikan tergabung dalam Grup H bersama Brasil, Honduras, dan Zambia untuk turnamen yang akan berlangsung pada 3 hingga 27 November 2025.

Dalam rangka persiapan, PSSI merancang program serius, termasuk menggelar Piala Kemerdekaan 2025 sebagai ajang uji coba. Dalam turnamen tersebut, tim asuhan Nova Arianto akan menjajal kekuatan dua tim peserta Piala Dunia U-17 lainnya, yakni Tajikistan dan Afrika Selatan, di Medan pada Agustus mendatang.

Bacaan Lainnya

Persiapan intensif juga telah dilakukan sejak awal Juli di Bali, di mana skuad muda Indonesia menjalani pemusatan latihan selama sebulan penuh.

Namun, Erick Thohir menegaskan bahwa capaian lolos ke Piala Dunia kali ini sudah merupakan pencapaian besar, mengingat Indonesia tidak lagi bertindak sebagai tuan rumah seperti pada edisi 2023, melainkan lolos melalui jalur kualifikasi Piala Asia U-17 2025 dan berhasil mencapai babak perempat final.

“Dulu kita di Piala Dunia U-17 sebagai tuan rumah. Lalu alhamdulillah sekarang kita bisa lolos melalui jalur kompetitif,” ujar Erick kepada awak media di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Lebih lanjut, Erick menyatakan bahwa keberhasilan Timnas U-17 bukan sekadar diukur dari hasil pertandingan, melainkan proses panjang dalam membentuk generasi pesepak bola masa depan yang lebih tangguh.

‘’Kalau Coach Nova dan pemain bisa bikin kejutan lolos dari fase grup, alhamdulillah. Tapi yang penting itu pembinaan jangka panjang,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa PSSI tidak ingin membebani pemain dengan ekspektasi tak realistis, apalagi sekadar berbangga jika tidak kalah telak dari tim besar seperti Brasil. Menurutnya, yang lebih penting adalah membangun karakter, taktik, dan mental para pemain sejak usia muda.

“Kalau anak-anak kita punya mental ingin menahan imbang Brasil, itu sudah menunjukkan progres. Kita tidak boleh bilang ‘tidak kalah 0-5 saja sudah bagus’. Kita harus bentuk mental juara,” imbuhnya.

Erick juga menyoroti tantangan baru setelah FIFA menetapkan penyelenggaraan Piala Dunia U-17 sebagai agenda tahunan.

Hal ini, menurutnya, membuat proses pembinaan Elite Pro Academy (EPA) menjadi semakin penting. Ia bahkan mengaku lebih khawatir soal keberlanjutan generasi berikutnya yang akan bersaing dalam Piala Dunia U-17 2026.

“Sekarang yang bikin stress itu justru apakah pemain-pemain EPA U-18 berikutnya bisa lolos? Karena ini jadi tolok ukur pembinaan kita setiap tahun,” ucap Erick.

Ia juga menekankan bahwa program jangka panjang tak bisa dibangun dengan pendekatan instan.

‘’Untuk tim senior, mungkin kita bisa ambil momentum dengan hasil cepat. Tapi untuk U-17, U-20, U-23, kita tidak banjiri dengan naturalisasi. Harus dibentuk dari akar,” jelasnya.

Dengan pendekatan realistis namun tetap ambisius, Erick berharap pembinaan yang dilakukan PSSI saat ini bisa menjadi fondasi kuat bagi masa depan Timnas Indonesia. Meskipun tidak mematok target tinggi untuk Piala Dunia U-17 2025, federasi tetap membuka peluang bagi kejutan manis dari Garuda Asia.

Pos terkait